Beberapa orang sahabat bertemu dan menceritakan kepadaku tentang kepahitan cinta. Tentang begitu tersiksanya mereka karena putus cinta. Seakan cinta merampas sebagian dari jiwa kebahagian yang mereka miliki. Bahkan yang lebih buruknya lagi cinta seakan menjadi makhluk yang menjijikan dan menakutkan, yang anehnya malah berteman dan menjadi intim dengan mereka.
Tak ada yang bisa ku katatakan selain menyuruh mereka meninggalkan cinta yang memakan jiwa kebahagiaan itu. Melihat kenyataan bahwa dirinya tersakiti oleh cinta, bahkan lebih hampa dari tak memiliki cinta. Mereka menerima itu dan terlihat seakan semua masuk akal. Mereka menjadi lebih rasional! Namun semua seakan sandiwara yang tak berujung!
Entah berapa kali air mata tertumpah bahkan sampai kering pula. Tangisanpun tak terdengar lagi, parau! Namun cinta bagai nafas. Cinta adalah air yang memberi kehidupan. Semakin sedih mereka dan menangis dihadapanku, semakin keras diriku menyuruh meninggalkan cinta itu, maka semakin lekat pula cinta itu. Seakan cinta, indah dan menyakitkan, menjadi makhluk yang dengan eratnya bercokol di dalam daging yang bernama hati. Bahkan telah menggerogoti hati dan hatipun berubah menjadi “cinta”! Tak ada daging tak ada darah, hanya cinta…
Kini semua pengalaman yang mereka rasakan menjadikanku sebagai seorang mengerti bahwa jika berani menghidupkan api cinta, maka bersiaplah dengan kenyataan bahwa dirimu akan “terbakar”. Terbakar karena nikmatnya, dan hangus karena sakitnya. Namun semua seakan sambel yang pedis, yang mencabik-cabik lidah, namun tak akan membuat orang jera!
Cinta membuat seseorang berkorban. Bahkan sanggup membuat seseorang mengeluarkan kekuatan supranaturalnya demi cinta. Cinta bahkan membingungkan? Bahkan begitu penuh rasa atau malah terasa hambar, entalah…!!!
Tak ada yang bisa ku katatakan selain menyuruh mereka meninggalkan cinta yang memakan jiwa kebahagiaan itu. Melihat kenyataan bahwa dirinya tersakiti oleh cinta, bahkan lebih hampa dari tak memiliki cinta. Mereka menerima itu dan terlihat seakan semua masuk akal. Mereka menjadi lebih rasional! Namun semua seakan sandiwara yang tak berujung!
Entah berapa kali air mata tertumpah bahkan sampai kering pula. Tangisanpun tak terdengar lagi, parau! Namun cinta bagai nafas. Cinta adalah air yang memberi kehidupan. Semakin sedih mereka dan menangis dihadapanku, semakin keras diriku menyuruh meninggalkan cinta itu, maka semakin lekat pula cinta itu. Seakan cinta, indah dan menyakitkan, menjadi makhluk yang dengan eratnya bercokol di dalam daging yang bernama hati. Bahkan telah menggerogoti hati dan hatipun berubah menjadi “cinta”! Tak ada daging tak ada darah, hanya cinta…
Kini semua pengalaman yang mereka rasakan menjadikanku sebagai seorang mengerti bahwa jika berani menghidupkan api cinta, maka bersiaplah dengan kenyataan bahwa dirimu akan “terbakar”. Terbakar karena nikmatnya, dan hangus karena sakitnya. Namun semua seakan sambel yang pedis, yang mencabik-cabik lidah, namun tak akan membuat orang jera!
Cinta membuat seseorang berkorban. Bahkan sanggup membuat seseorang mengeluarkan kekuatan supranaturalnya demi cinta. Cinta bahkan membingungkan? Bahkan begitu penuh rasa atau malah terasa hambar, entalah…!!!